Beranda | Artikel
Talbis Iblis terhadap Kaum Sufi yang Tidak Menghargai Kitab
Selasa, 2 Januari 2024

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary

Talbis Iblis terhadap Kaum Sufi yang Tidak Menghargai Kitab ini adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Talbis Iblis. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary pada Senin, 19 Jumadal Akhir 1445 H / 01 Januari 2024 M.

Talbis Iblis terhadap Kaum Sufi yang Tidak Menghargai Kitab

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

قيدوا العلم بالكتابة

“Ikatlah ilmu itu dengan penulisan.” (HR. Ibnu ‘Abdil Barr)

Ini adalah tradisi turun-temurun dari para Salaf kepada kaum Khalaf. Mereka menulis, mencatat, dan mengumpulkan ilmu di dalam buku-buku mereka. Sehingga literasi Islam sangat komplit dari berbagai disiplin ilmu, membicarakan berbagai aspek kehidupan manusia, semuanya tertuang dalam catatan yang menjadi bukti sejarah bagi generasi-generasi yang akan datang.

Iitulah ilmu yang diwariskan oleh para Salaf kepada kaum khalaf, dari generasi terdahulu kepada generasi yang akan datang. Itu adalah salah satu cara Allah Subhanahu wa Ta’ala menjaga ilmu. Selain menyimpan ilmu di dalam dada-dada manusia, Allah juga menjaga ilmu dengan penulisan.

Al-Qur’an ditulis di pelepah-pelepah kurma dan kulit-kulit kambing, kemudian dikumpulkan menjadi satu mushaf pada masa Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘Anhu. Demikian pula hadits yang dikumpulkan penulisannya pada masa Umar bin Abdul Aziz. Sehingga itu semua menjadi sesuatu yang baku hari ini sebagai khazanah literasi Islam. Ini adalah kekayaan dan kebanggaan kaum Muslimin yang tidak dimiliki oleh agama lain.

Oleh karena itu, para Salaf sangat memuliakan buku sebagai alat ilmu, sebagaimana mereka memuliakan ilmu dan ahli ilmu. Kitab yang paling agung dan sempurna adalah Kitabullah. Kemudian kitab-kitab hadits seperti Kitab Bukhari dan Muslim yang dikatakan kitab yang paling shahih setelah Kitabullah. Adapun Kitabullah, tentunya:

 لَّا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ ۖ تَنزِيلٌ مِّنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ

“Yang tidak datang kepadanya (Al-Qur’an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.” (QS. Fussilat[41]: 42)

Inilah tradisi kaum muslimin. Mereka menghargai kitab sebagaimana menghargai ilmu. Bahkan dahulu para Salaf seperti Ibnul Qayyim hanya mewariskan buku kepada keluarga yang ditinggalkannya.

Jadi, ini adalah kekayaan kaum muslimin. Ketika kita masuk perpustakaan atau maktabah, itu dipenuhi dengan buku-buku, catatan-catatan sejarah tentang Islam, bagaimana nabi dan para sahabat mengamalkan Islam. Tidak menghargai kitab sama dengan tidak menghargai ilmu.

Hari ini kita melihat kaum muslimin menyepelekan kitab, bahkan dianggap kurang penting daripada hal-hal lain. Manusia lebih fokus pada kesehatan jasmani daripada kesehatan rohani. Sehingga, urusan dengan kitab dianggap harus gratis, jangan beli, dan kalau tidak punya, itu bukan masalah. Namun, benda-benda lain terutama yang berkaitan dengan hobi dianggap wajib dimiliki dan dibeli tanpa memperhitungkan harta yang dikeluarkan untuk itu. Begitulah cara kaum muslimin hari ini menghargai kitab.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak pembahasan yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/53771-talbis-iblis-terhadap-kaum-sufi-yang-tidak-menghargai-kitab/